Sedekah sampai hari kiamat.

01.27 Edit This

Dahsyatnya Pahala Menghijaukan

Oleh Uti Konsen UM (AP-Post)

Islam menganggap pertanian sebagai salah satu mata pencaharian yang halal, utama dan berberkah. Betapa tidak, sebab sebagian hasil pertanian tidak saja menjadi konsumsi manusia, namun juga hewan. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang berkebun dan bercocok tanam, kemudian hasilnya dikonsumsi hewan, burung dan manusia, maka ia mendapatkan ampunan di setiap buah yang dimakan dari hasil perkebunannya.“ (HR.Ahmad).

Hadis senada yang diriwayatkan Mulim dari Jabir bin Abdullah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali (buah atau biji) yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang
diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah “Dalam lafal yang lain : “… merupakan
sedekah sampai hari kiamat ) ( HR.Muslim ).

“Besarnya manfaat hutan (penghijaua ) ini tidak hanya membutuhkan pemeliharaan, namun juga pengembangannya. Rasulullah menekankan dengan ungkapan yang tegas akan perlunya penanaman. Suatu saat Rasulullah bersabda ‘Apabila hari kebangkitan telah dekat dan masing-masing kamu memegang benih di tangannya, ia harus menanamnya, jika mungkin sebelum ia berdiri – seperti
meninggalkan pekerjaannya “ (HR.Bukhari)

Perkembangan hutan selain berimplikasi pada penambahan bahan-bahan, juga memberi manfaat spiritual. Penananam pohon demi kepentingan semua penduduk dan hanya karena mencari ridha Tuhan, dalam Islam juga disebut sebagai amal … “ (Buku Muhammad Sebagai Seorang Pedagang oleh Alzalurrahman) .

Anjuran untuk menanam pohon, bercocok tanam dan melakukan penghijaun bumi ini berlaku bahkan sampai akhir usia manusia diatas planet ini. Selama nyawa masih dikandung badan, seorang Muslim dihasung untuk melakukan penghijauan. Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, “Jika kiamat terjadi dan salah seorang di antara kalian
memegang bibit pohon kurma, lalu ia mampu menanamnya sebelum bangkit berdiri, hendaklah ia bergegas menanamnya“ (HR.Bukhari, Ahmad).

Pernah Khalifah Umar bin Khattab menemui sahabat Khuzaimah bin Tsabit yang telah tua renta. Umar bertanya “Kenapa engkau tidak menanami ladangmu? “Khuzaimah menjawab, “Aku sudah tua renta, dan sebentar lagi akan mati“. Mendengar jawaban itu, Umar mengancamnya “Aku bersumpah, engkau harus menanaminya“. Umar pun membawa Khuzaimah ke ladang dan membantunya menanami ladangnya.

Dikisahkan, satu waktu Amru bin ‘Ash memasuki sebuah kebunnya di daerah Thaif yang dikenal dengan nama Al-Waht. Di dalam kebunnya, ia menanam kurang lebih satu juta pohon. Ia mengeluarkan biaya satu dirham untuk tiap bibit kurma yang ia beli dan tanam.Kemudian kebun yang sangat besar dan penuh dengan pohon kurma itu ia wariskan kepada anak – anaknya.

Pada suatu hari, seorang keponakan Amru bin Ash nampak keluar dari kebun itu. Amru bertanya, ”Apakah para pekerja tengah bekerja dengan giat? “Keponakannya menjawab “Wah, saya tidak tahu “. Amru lalu menegurnya, ”Bagaimana kamu ini? Kalau engkau orang dari suku Tsaqif, engkau harus tahu
pekerjaan para buruh yang bekerja padamu. Jika seseorang ikut terjun bekerja bersama para buruh yang bekerja padanya, sesungguhnya ia termasuk seorang pegawai Allah“.

Demikian besarnya perhatian Islam terhadap penanaman pohon dan penghijauan dunia. Begitu mengagumkan melihat kesungguhan generasi sahabat dalam mengamalkannya. Apabila dalam kondisi kiamat dan keluarnya Dajjal saja anjuran untuk menanam dan menghijaukan dunia demikian tegas, terlebih dalam kondisi tenang dan damai, sudah tentu anjuran tersebut lebih digalakkan lagi, Oleh karenanya, Islam menganjurkan umatnya untuk memanfaatkan lahan kosong yang tak bertuan untuk proyek penananam dan penghijauan.

Sebab Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menghidupkan tempat yang sudah mati, maka ia menjadi pemiliknya“ (HR.Sa’id bin Zaid dan Jabir bin Abdullah). Dan dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ad-Darimi, Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menghidupkan tempat yang sudah mati, maka ia mendapatkan pahalanya, dan apa yang dimakan oleh pihak yang
membutuhkannya (manusia, hewan , maupun burung) adalah sedekah“ (HR.Abu Daud).

Ibadah ritual terasa hampa dan kehilangan ruhnya, apabila tidak dimanifestasikan dalam bentuk amal aktual yang membekas di hati manusia. Bukankah Nabi SAW telah bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia“.

Konon, Khalifah Harus Al Rasyid bertanya kepada seorang kakek renta yang sedang asyik menanam benih kurma. “Untuk siapakah benih kurma yang kakek tanam ini, bukankah untuk memetik buahnya membutuhkan waktu yang lama?” Dengan tersenyum sang kakek menjawab, “Anakku, sebentar lagi aku segera menghadap Ilahi, karenanya benih kurma ini bukan untukku, tetapi dia akan menjadi penolongku kelak di akhirat. Semoga benih pohon kurma ini tumbu dengan subur, buahnya ranum, pohonnya rindang sehingga burung – burung berkicau, kumbang madu berlomba menikmati putik sarinya, dan para pengembara melepaskan lelahnya di bawah daun-daunnya yang rindang, dan
kicauan burung, getaran kumbang serta napas lega para pengembara adalah doa dan cahaya terang yang mengiringi diriku di akhirat kelak, Insya Allah“.

(Buku Sederhana Itu Indah rangkuman Hikmah Republika).
Wallahualam. **

 
Sumarto 
SEAFAST CENTER 
Jalan Puspa No.1 Kampus IPB Darmaga 16680 
Telp/fax : +62-251-8629- 903 
email : kang_sumarto@ yahoo.com or kangsumarto@ gmail.com